Demo Site

Senin, 04 Juni 2012

Tulisan 8 - Bahasa Indonesia 2 (Menyikapi kenaikan harga BBM)

1 April 2012 pun menjadi momen penting dengan adanya kenaikan harga BBM bersubsidi sebesar Rp 1500,00 yakni menjadi Rp 6.000,00. Silang pendapat bermunculan di media dan forum diskusi yang membuat lalu lintas opini begitu ramai. Umumnya, titik tekan dari mereka yang menyetujui kenaikan harga BBM adalah demi menghemat fiskal dan bahwa sebagian besar subsdi dinikmati oleh kaum menengah ke atas. Sebaliknya, mereka yang menolak, menyoroti permasalahan rapuhnya kesejahteraan masyarakat dan akan membebani hidup kaum miskin meskipun berbagai program kompensasi diberikan oleh pemerintah.

Kenaikan harga BBM premium secara sekaligus sebesar Rp 1.500,00 dirasa terlalu tinggi karena sangat berpengaruh terhadap target inflasi di Indonesia. Bank Indonesia menyatakan setuju dengan kenaikan harga BBM Premium tidak lebih dari Rp 1.000,00. Kenaikan harga BBM bersubsidi di atas Rp 1.000 akan mendorong pencapaian target inflasi yang dipatok BI maksimal 5,5 persen, terlampaui. Besaran yang masuk akal adalah Rp 1.000,00 untuk premium dan solar. Kenaikan harga BBM hingga Rp 1.000, sudah memadai untuk menghemat APBN sekitar 25 triliun rupiah dengan dampak inflasi dalam batas wajar. (Abimanyu,2012) Jika pun pemerintah bersikeras menaikkan harga BBM hingga ke tingkat Rp 1.500,00 per liter. Maka demi mengompensasi turunnya daya beli dan pendapatan relatif masyarakat, maka perlu adanya program bantuan bersifat sementara yang diberlakukan untuk meredam guncangan (shock), dalam hal ini kenaikan harga.

Walau kenaikan harga bbm dan barang kebutuhan pokok sudah tidak bisa terhindarkan lagi namun bukan berarti tidak ada hal yang tidak bisa dilakukan. Menyalahkan pemerintah karena kenaikan atau ikut berunjuk rasa menentang kenaikan harga bbm mungkin menjadi salah satu efek dari kebijakan pemerintah, hanya saja bagi masyarakat yang terpenting adalah bagaimana melanjutkan kehidupan esok dengan harga-harga baru.

Berikut adalah beberapa tips yang bisa digunakan untuk menghadapi kenaikan harga bbm dan barang kebutuhan pokok:
1. Bijaksana dalam menggunakan bahan bakar, selain hemat maka muncul kata bijaksana dalam artian bahan bakar minyak boleh saja dikonsumsi namun sesuaikan dengan kebutuhan dan keperluan.
2. Gunakan alternatif lain seperti angkutan umum atau kendaraan tanpa bahan bakar seperti sepeda.
3. Berhemat dalam konsumsi, kita harus mengurangi porsi makan kita yang berlebih karena kenaikan bb mini akan membuat harga makanan jauh lebih mahal dari biasanya.
4. Kurangi kebiasaan konsumtif atau yang mengarah pada konsumerisme, mungkin contoh paling mudah adalah bagi perokok berat. Yang umumnya merokok hingga 3-4 batang sehari bisa mulai dikurangi menjadi 1-2 batang saja per hari untuk menyiasati pengeluaran berlebih.

Banyak sekali tips dan cara berhemat atau menyesuaikan pengeluaran dalam situasi kenaikan harga tergantung pada pola hidup masing-masing individu. Cara diatas hanyalah salah satu cara sederhana saja dalam menyikapi kenaikan harga barang apabila terjadi kenaikan bbm. Pada intinya jika kesulitan hidup datang seseorang yang bisa menjaga hati nurani dan berpikir dengan logis akan lebih bisa bijaksana dan siap dalam menghadapinya

Referensi :
http://bem.feb.ugm.ac.id/index.php/publication/kajian/32-menyikapi-kenaikan-harga-bbm
http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2012/03/30/berhemat-mudah-menghadapi-kenaikan-bbm/

0 komentar:

Posting Komentar

Label

Label

Label